Minggu, 02 Oktober 2011

UANG KECIL UANG BESAR

Mianto Nugroho Agung

Dalam sebuah kesempatan saya mendapatkan 'kuliah' gratis dari seorang teman yang sedang menjalankan usahanya dan melakukan ekspansi atau ya .. diversifikasi usaha. Tema kuliah itu menyangkut basis ideologis seorang wirausaha. Katanya, dan heran, langsung dibenarkan teman-teman lain yang saat itu ada di situ, sukses seseorang itu bisa diketahui dari orientasi dan tujuan usaha yang digeluti. Mereka yang mengejar uang kecil (receh) pastilah orang yang tidak akan pernah sukses. Sebaliknya, kali ini dengan lebih semangat, mereka yang berorientasi pada uang besar, pastilah bakal meraih kesusksesan. Benarkah demikian? Meski tidak spontan saya kemukakan dalam forum itu, saya memiliki beberapa pandangan pembanding alias second opinion
  1. Pertama, iman yang mengharusan 'barang siapa setia pada perkara kecil akan diberikan (tanggung jawab dan hadiah) perkara besar'. Firman yang telah berusia ribuan tahun ini tentu sangat berpihak pada proses dan fakta bahwa manusia yang bersifat pembelajar seumur hidup akan mencapai top performance-nya pada waktu yang tepat, tetapi tidak serta merta. Soal makanan, sesuai usia fisiknya, bayi tidak bisa diberi nasi goreng. Soal beban latihan, pelari tidak bisa langsung berlari kencang tanpa berlatih sedikit demi sedikit dan pemanasan sebelum berlari dan memenangi perlombaan. Soal belajar formal, anak-anak SD tidak bisa langsung diminta menuliskan resensi buku Si Kancil sebelum bisa membaca abjad. Dst. ... Manusiawi bukan?
  2. Kedua, filososfi berwirausaha China 'bukan soal ming tapi berapa ping". Alias, bukan soal 'hanya' uang kecil' tetapi berapa kali ada uang receh. Pengusaha pulsa dan segala ikutannya, misalnya, rela beriklan ratusan juta rupiah di TV meski hanya menjual dagangan sebesar Rp. 50 dengan margin -mungkin- Rp. 5. Mereka tidak berhenti pada Rp. 50 tentunya, tetapi berapa kali Rp. 50 itu.
  3. Ketiga, sukses selalu memerlukan fondasi berupa pasir, kerikil, dan batu belah yang dicampur air dan semen. Artinya, sinergi dan sinergi. Si Kecil adalah bagian tak terpisahkan dari Si Besar. Artinya lagi, yang hanya berorientasi pada salah satu pasti akan ambruk suatu saat. Bersinergilah.
  4. Keempat, small is beautiful.
  5. Kelima, kecil-kecil cabe rawit
Agak meloncat, setelah hampir dua tahun saya perhatikan, benar juga, meski berhasil mengembangkan usaha, namun karena matanya hanya tertuju yang-besar, maka banyak yang-kecil yang terinjak-injak. Bahkan untuk sekadar melakukan hal kecil, yaitu menepati janjinya, teman tadi sangat sulit. Akhirnya, setelah saya perhatikan lagi,  banyak pihak yang dilukai. Ia memang berhasil, menurut sudut pandangnya, tetapi dengan korban yang bertumbangan dan korban-korban itu mengingat jelas siapa penyebabnya. Apakah ini namanya sukses? Banyak contoh orang yang berhasil menangkap uang besar namun dengan banyak korban, bukan? Gayus dapat uang besar, Nazaruddin dapat uang besar, Tanzil dapat uang besar, tahu siapa korbannya selain keluarga dekat dan keluarga besarnya? Nah, apakah kita akan menjadi kandidat teman mereka?

1 komentar: